Kreativitas digital telah menjadi pijakan penting dalam menggiring opini dan berbagi informasi di era modern ini. Namun, tantangan baru muncul dengan dikeluarkannya Perpres yang dapat mengubah lanskap kreasi digital. Artikel ini akan membahas secara detail dampak dari Perpres terhadap para kreator digital, dengan penelusuran mendalam terhadap implikasinya.

Perpres mengarah pada upaya mengendalikan platform digital seperti YouTube dan TikTok, yang telah mendominasi penyampaian informasi. Namun, keterbukaan algoritma yang diatur oleh Perpres dapat menguntungkan media besar yang lebih cepat beradaptasi, sementara kreator digital independen mungkin terpinggirkan.

Wajibnya platform digital untuk menghilangkan konten yang tidak sesuai dengan kode etik jurnalistik memunculkan kekhawatiran. Selain itu, konsep pemutusan bagi hasil dapat mempengaruhi pendapatan kreasi digital dan media indie, yang dapat berdampak negatif pada konten yang bervariasi dan bermakna.

Keberadaan media besar yang lebih cepat beradaptasi dengan perubahan algoritma dan mengikuti kode etik jurnalistik dapat merugikan kreasi digital independen. Perpres dapat menghalangi konten-konten tersebut dalam penyebaran dan visibilitasnya, memengaruhi pendapatan dan dampak positif yang dapat dibawa.

Kendali terhadap aliran informasi dan penggiringan opini menjadi perhatian serius. Batasan informasi yang diberlakukan oleh Perpres dapat mempengaruhi pandangan dan pengetahuan masyarakat terhadap isu-isu tertentu, menghambat perdebatan terbuka dan keragaman sudut pandang.

Meskipun tujuan positif dari Perpres untuk mengatasi penyebaran berita bohong dan hoax patut dihargai, dampaknya terhadap kreasi digital dan media indie harus diperdebatkan secara mendalam. Diskusi lebih lanjut dan revisi yang komprehensif diperlukan agar keseimbangan antara kepentingan masyarakat, kebebasan berekspresi, dan dampak ekonomi yang mungkin timbul dapat dicapai. Perpres harus mempertimbangkan peran penting kreasi digital dalam membentuk opini dan menginspirasi.